Bahasa Melayu sebagai bahasa ilmu dan bahasa antarbangsa sepatutnya berkembang begitu dinamis untuk memenuhi pelbagai fungsinya di masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi telah membentuk kristalisasi kehidupan sosial budaya masyarakat yang dikenal dengan istilah globalisasi. Bahasa sebagai bagian dari pranata kehidupan sosial budaya suatu masyarakat tidak dapat menghindar dari pengaruh perkembangan tersebut. Proses kristalisasi ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dalam jangka waktu yang relatif panjang telah dialami oleh bahasa Melayu, yang mula-mula hanya sebagai norma kebudayaan kelompok etnik Melayu, kemudian menjadi norma supraetnik, yaitu sebagai bahasa nusantara. Titik kulminasi proses kristalisasi ini menjadikan bahasa Melayu bukan hanya sebagai lingua franca saja, tetapi lebih dari itu sebagai bahasa resmi kedua di kawasan Asia Tenggara atau bahasa internasional, di samping bahasa Inggris, Belanda, Cina, Arab dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, bahasa Melayu sudah mulai bisa diterima di dunia internasional. Upaya menginternasionalkan bahasa Melayu ini terus diupayakan, yang dalam hal ini rutin dibahas dalam Persidangan Antarbangsa Memartabatkan Bahasa Melayu. Hasil persidangan ini digunakan untuk mengangkat bahasa Melayu ke dunia internasional demi mewujudkan komunikasi dan kerjasama dengan berbagai negara di dunia. Kalau persidangan sebelumnya diadakan di Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia, Persidangan Antar bangsa Memartabatkan Melayu kali ini diadakan diJabatan Pengajian Asia Tenggara Goethe Universitat Frankfurt, Jerman.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu varian terbesar dari Bahasa Melayu yang sangat diperhitungkan di tingkat dunia karena jumlah pemakainya yang memang juga sangat besar. Kegiatan tahunan yang dipelopori olehUniversitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia ini didukung oleh negara-negara pemakai Bahasa Melayu khususnya di Asia Tenggara dan sekitarnya serta negara-negara pengkaji dan pengembang Bahasa Melayu di seluruh dunia termasuk di Eropa.Berbekal undangan dari Prof. Dr. Arndt Graf dari Goethe Universitat, empat dosen Unversitas Islam Malang (Dr. Sri Wahyuni, M.Pd, Dr. Hj. Dyah Werdiningsih, M.Pd, Dr. Hasan Busri, M.Pd, dan Ari Ambarwati, M.Pd) sebagai wakil Indonesia berangkat ke Frankfurt Jerman untuk mempresentasikan makalah masing-masing terkait topik memartabatkan bahasa Melayu Indonesia dalam Persidangan Antarbangsa Memartabatkan Bahasa Melayu Keempat. Pada tahun sebelumnya, tujuh dosen Universitas Islam Malang juga telah mengikuti Persidangan Antarbangsa Memartabatkan Bahasa Melayu Ketiga di UPSI Malaysia (Dr. Sri Wahyuni, M.Pd, Dr. Hj. Dyah Werdiningsih, M.Pd, Dr. Hasan Busri, M.Pd, Dr. Hj. Luluk S.A.P., M.Pd, Dr. Akhmad Tabrani, M.Pd, Ari Ambarwati, M.Pd, dan Moh. Badrih, M.Pd).
Sedikit informasi tentang Goethe Universitat, Goethe UniversitatataunamalengkapnyaJohann Wolfgang Goethe Universität Frankfurt am MainJerman saatinimemilikiempat puluh enam ribumahasiswa, pada empat kampus utama di dalam kota. Empat kampus yang terletak di Frankfurt am Main inimeliputi (1) Campus Bockenheim: Mathematics, Computer science, Art history, Fine Arts, (2) Campus Riedberg: Pharmacy, Physics, Chemistry, Biochemistry, Biology, Geosciences and Geography, (3) Campus Westend: Social sciences, Pedagogy, Psychology, Theology, Philosophy, History, Philology, Archaeology, Law, Economics and Business Administration, Human geography, dan (4) Campus Niederrad: Medical science, Dentistry, University hospital. Universitas ini didirikan pada tahun1914. Nama perguruan tinggi ini diambil dari nama tokoh Johann Wolfgang von Goethe, seorang tokoh serba bisa dan juga pahlawan besar di Jerman adalah seorang novelis, sastrawan, humanis, ilmuwan, ekonom, arsitek, matematikawan, agamawan, juga ahli militer, dan filsuf Jerman. Dalam beberapa artikel dibahas tentang Johann Wolfgang von Goethe ini, yang diperkirakan beliau sebagai muslim Eropa pertama, dan kemungkinan besar wafat sebagai seorang muslim. Kemusliman Goethe terungkap melalui penelitian mendalam oleh ulama Eropa, Shaykh Dr Abdal qadir as Sufi bersama salah satu muridnya asal Jerman, Abu Bakr Rieger, kini PresidenUni Muslim Eropa dan Sekjen Asosiasi Pengacara Muslim Eropa.
Banyak hal dikaji dalam pertemuan antarbangsa kali ini. Acara yang diselenggarakan selama tiga hari ini (26-28 Mei 2015) membahas empat puluh tujuh makalah yang berasal dari berbagai negara terutama dari benua Asia dan Eropa. Hari pertama tanggal 26 Mei 2015, dimulai dengan acara pembukaan yang dilakukanoleh Konsulat Jeneral Malaysia, Frankfurt dan sambutan dari pihak Goethe Universitat, Jerman. Berikutnyaadalah pemaparan keynote speaker pertama Prof. Dr. Arndt Graf dari Goethe Universitat, yang mempresentasikan makalah dengan judul “MALAY LINGUISTICS AND THE CHALLENGE OF ISI (WEB OF SCIENCE)”. Prof. Dr. Arndt Graf banyak mengupas tentang peringkat universitas yang berkaitan dengan jumlah publikasi, yang ini dikatakan semua perguruan tinggi di dunia sedang mengalami“ranking shocks”, dan hubungannya dengan peringkat yang dibuat ISI (Institute for Scientific Information).Pemeringkatan universitas tersebut didasarkan pada seberapa banyak tulisan yang dihasilkan oleh dosen dan peneliti tiap universitas yang masuk dalam jurnal internasional dilingkupi ISI. Masalah yang muncul adalah sedikitnya jurnal internasional pengkajian bahasa Melayu yang masuk dalam data base ISI, mengingat bahasa Indonesia (termasuk bahasa Melayu) bukanlah bahasa yang direkognisi oleh ISI. Bahasa yang direkognisi oleh ISI adalah bahasa Inggris dan bahasa Cina. Di samping itu secara komersial, ISI lebih berfokus dan cenderung lebih suka kepada bidang kajian anglosphere (negara-negara yang menuturkan bahasa Inggris secara luas (resmi) dan atau negara-negara yang penah dipengaruhi dan pernah menjadi bagian dari imperium Britania). Beberapa pemakalah yang cukup menarik antara lain presentasidariProf. Dr. Koh Young Hun dari Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea yang banyak mengupas tentang pengajaran Bahasa Melayu-Indonesia di Pusat Pengajian Tinggi Korea. Perkembangan Bahasa Melayu-Indonesia di Korea sangat pesat, yang diikuti dengan membludaknya pendaftar jurusan Bahasa Melayu-Indonesia di perguruan tinggi yang ada di sana. Pemakalah menarik lainnya adalah Prof. Dr. Mahzan Arshad dari UPSI Malaysia, yang membahas tentang pengukuran keterampilan Bahasa Melayu bagi warga asing. Dari National Institute of Education Nanyang Technological University Singapura Roksana Bibi Binte Andullah membahas tentang penyerapan bahasa dalam pertembungan budaya yaitu Penggunaan Kata-Kata Melayu dalam Pertuturan Bahasa Asing Di Singapura. Selain makalah-makalah tersebut, pada hari pertama ini juga dipresentasikan makalah-makalah lain dari berbagai negara. Di akhir persidangan hari pertama ditutup dengan keynote speaker kedua, yaitu Prof. Madya Dr. Sanat Md. Nasir yang membahas tentang Bahasa Melayu dalam Konteks Budaya.
Padaharikedua, dipresentasikan makalah antara lain oleh Dr. Jerome Samuel dariIntitut National Des Langues Er Civilisation Orientales Paris, Perancis yang membahas tentang bagaimana mengajar Bahasa Indonesia di Perancis. Berikutnya dipresentasikan makalah-makalah dari Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Dari Indonesia Dr. Sri Wahyuni, M.Pd membahas tentang bagaimana cara mengembalikan Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca melalui kegiatan pascakeaksaraan berbasispotensi dan budaya daerah; Dr. DyahWerdiningsih, M.Pd membahas tentangbagaimana caramemperkokoh Bahasa Melayu dalam pembelajaran BIPA dengan strategimetakognitif; Dr. HasanBusri, M.Pd membahas tentang kodifikasi BI sebagai Bahasa IPTEK; dan Ari Ambarwati, M.Pd membahas tentang pantun humor sebagai media pendidikan karakter toleransi. Di akhir sesi hari kedua ini ditutup oleh pembicara utamatiga Datuk Dr. Awang Sariyan, Ketua Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, yang membahas tentang Pemartabatan BahasaMelayu di Peringkat Negara dan Antarbangsa. Pemikiran Datuk Dr. Awang Sariyan antara lain adalah bagaimana upaya strategis yang harus dilakukan untuk memperkukuh posisi bahasa Melayu sebagai bahasa ilmu pengetahuan melalui penyediaan bahan ajar dan pembinaan bahasa Melayu untuk penutur asing. Termasuk juga upaya sertifikasi Uji Kemahiran Berbahasa (di Malaysia disebut sebagai Sijil Kecakapan Bahasa Melayu bagi Warga Asing/SKBMW) bagi setiap warga asing yang akan bekerja di dalam negeri.
Hari ketiga adalah kunjungan ke Library of Southeast Asian Studies di kampus Goethe Senckenberganlage, Bockenheimer. Sungguh suatu perpustakaan yang hebat, lengkap, dan rapi. Dengan sangat ramah, Prof. Dr. Arndt Graf menunjukkan koleksi buku-buku kajian Asia Tenggara termasuk termasuk yang dari Indonesia. Di perpustakaan ini tersimpan antara lain buku-buku sastra klasik Indonesia seperti Belenggu karya Armijn Pane, novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer seperti Bumi Manusia, Rumah Kaca, Anak Semua Bangsa,dan sebagainya), kemudian ada lagi novel-novel karya Deddy D. Iskandar, Mira W, hingga novel Indonesia terbaru seperti Laskar Pelangikarya Andrea Herata, Amba karya Laksmi Pamoentjak, dan lain-lain. Bahkan buku-buku lama milik Ir. Soekarno, presiden pertama republik Indonesia, dan buku-buku tebal berbahasa Belanda tentang Borobudur yang dicetak pada abad ke sembilan belas juga ada. Naskah-naskah berita yang belum sempat diterbitkan yang ditulis oleh teman-teman LSM saat menjelang reformasi juga menjadi koleksi dari perpustakaan Goethe. Pustaka tentang NU juga tersimpan rapi dan menjadi literatur bagi mereka yang belajar tentang kajian Islam Indonesia dan Asia Tenggara. Menurut Prof. Dr. Arndt Graf, buku-buku ini diperoleh dengan cara membeli, hibah dari para proffesor, dan limpahan dari Leiden Belanda yang sekarang sedang banyak ‘membuang’ buku koleksinya tentang Indonesia, sehingga pihak Goethe Universitat menyimpan koleksi tentang Indonesia yang dibuang oleh Leiden di ruang khusus di perpustakaan Goethe.
Banyak hal yang didapat dari kehadiran empat dosen Universitas Islam Malang di Goethe Universitat ini, selain dapat dipublikasikan Indonesia khususnya tentang Bahasa dan Budaya Indonesia di tingkat internasional, secara tidak langsung juga memperkenalkan Universitas Islam Malang di tingkat dunia. Selain itu, terkait dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM) khususnya dosen, kegiatan ini merupakan upaya efektif dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dosen di tingkat internasional. Meskipun dengan perjuangan yang cukup berat untuk sampai di kampus Goethe Universitat, keinginan belajar dan terus belajar merupakan semangat hingga para dosen Unisma sampai di kampus yang sudah mendunia ini. Seperti disebutkan dalam Hadits??????????? ???????? ?????? ?? ????????“Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.”Mengapa Cina? Jauh sebelum ajaran Islam diturunkan Allah SWT, bangsa Cina memang telah mencapai peradaban yang amat tinggi. Kala itu, masyarakat Negeri Tirai Bambu sudah menguasai beragam khazanah kekayaan ilmu pengetahuan dan peradaban.Terlepas dari shahih tidaknya hadits ini, para ulama banyak menyebutnya dalam khutbah-khutbah, alasannya secara maknawi kalimat “Tuntulah Ilmu sampai ke Negeri Cina” adalah baik. Sebagai catatan penting dari Hadist ini, “Tidak bisa dipungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta peradaban dari dari negeri lain meskipun tempat itu jauh dari negeri asalnya karena menuntut ilmu itu kewajiban setiap Muslim”. Demikian juga keberangkatan keempat dosen Unisma ke Jerman, tepatnya di Johann Wolfgang Goethe Universität Frankfurt am MainJerman ini, tidak lain adalah sebagai upaya menuntut ilmu yang mungkin ini sulit diperoleh di negeri sendiri. Wallahu’a’lam bishshawab. (YN Unisma)