BAHASA INDONESIA LAYAK MENJADI BAHASA INTERNASIONAL

Seminar Internasional
 6seminter unisma-editMalang. Senin, 28/9/20015 Universitas Islam Malang, melalui program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana dan Program studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unisma menggelar seminar internasional bahasa Indonesia dengan judul “Memperkokoh Posisi Bahasa Indonesia melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya. Acara seminar internasional hari pertama tersebut menghadirkan Prof. Kacung Marijan, P.hD, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Mahsun, P.hD, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Kyoko Funada, guru besar bahasa Indonesia dari Kanda University of International Studies, dan Dr. Widodo HS, dari Asosiasi pengajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing).

Prof Kacung Marijan, P.hD dalam sambutannya menyatakan upaya diplomasi budaya untuk memperkokoh bahasa Indonesia amat penting untuk dilakukan. “Soft diplomacy banyak dilakukan oleh negara-negara seperti Amerika Serikat, contohnya melalui film Hollywood, dan gaya hidup. Demikian juga dengan Korea Selatan misalnya, melalui Kpopnya.” Terangnya.Dirjen Kebudayaan tersebutkan menggarisbawahi bahwa salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerjemahkan banyak buku sastra Indonesia yang akan dibawa ke Frankfurt Book Fair, awal Oktober nanti. “Indonesia adalah tamu kehormatan tahun ini di festival buku terbesar dunia tersebut.”

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. Mahsun menandaskan agar bahasa Indonesia yang sudah memiliki 100 ribu lebih kosa kata yang dibakukan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) terus memingkatkan jumlah kosa katanya. “Bahasa Indonesia berkembang berbeda dengan bahasa Melayu, maka mari kita percaya diri untuk mengantarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar untuk tingkat Asean.” Prof.Mahsun juga mengingatkan agar bahasa Indonesia memantapkan diri sebagai bahasa yang sudah mapan.. “Dua indikator standarnya adalah, pertama memiliki standar pembelajaran (evaluasi) dan mampu menahan laju pertumbuhan dialek baru.”

Prof Kyoko Funada menyatakan bahwa upaya menginternasionalkan bahasa Indonesia juga didukung oleh Jepang. “Dari 730 universitas yang ada di Jepang, 75 diantaranya memiliki program studi bahasa Indonesia.” Artinya bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang diminati banyak kalangan di Jepang. Dr. Widodo HS yang menyampaikan pemikirannya tentang BIPA. “Dengan berembangnya pengajaran BIPA, maka sudah layak BIPA menjadi satu program studi.” Program studi BIPA bisa digunakan sebagai salah satu upaya untuk memperkuat posisi bahasa Indonsia sebagai bahasa internasional.

Dalam pidatonya, rektor Unisma, Prof. Dr. Maskuri, M.Si mengatakan bahwa Unisma akan terus mengupayakan agar bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional. “Melalui smeinar ini gagasan dan kebijakan strategis tentang bahasa Indonesia yang akan menelurkan rekomendasi yang akan dikirimkan ke pihak terkait agar bisa ditindaklanjuti.” Terangnya. Acara seminar internasional tersebut diikuti oleh 250 peserta dari tujuh negara yakni, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Jepang, Myanmar, Amerika Serikat, dan Kanada. Seminar yang berlangsung di hall Usman Mansur dan hall lantai tujuh gedung B Unisam tersebut akan berlangsung hingga besok, Selasa, 29 September 2015. (faiq/endang).

7 NEGARA HADIRI SEMINAR INTERNASIONAL BAHASA INDONESIA DI KAMPUS UNISMA

Seminar Internasional

Malang. Senin-Selasa, tanggal 28-29 September 2015, Universitas Islam Malang akan menerima kedatangan 250 peserta yang akan menghadiri seminar internasional yang bertajuk, “Internasionalisasi Bahasa Indonesia melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan budaya Indonesia”. Acara tersebut akan dihadiri tujuh peserta dari negara tetangga, yakni Malaysia, Thailand, Myanmar, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Kanada.

            Acara tersebut akan dilangsungkan selama dua hari di Hall Usman Mansur, di Gedung C untuk sesi pleno (plenary session) serta di tiga hall di lantai tujuh Gedung B untuk sesi paralel (parallel session). Peserta pemakalah untuk seminar internasional tersebut mencapai 90 orang yang datang dari berbagai kota di tanah air, mulai dari Sumatera Barat hingga Tanah Toraja, dan dari Malaysia hingga Amerika Serikat.

            Pemateri terdiri dari enam orang, yakni Prof. Kyoko Funada dari Kanda University of International Studies, Dr. Widodo HS, M.Pd (Dosen UM dan Asosiasi Pengajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing), Pangesti Wiedarti, P.hD (ketua satgas Darmasiswa RI), Christopher Allen Woodrich (International of Indonesian Forum, Kanada), Prof. Mahsun, kepala Badan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI), James Luhulima, Redaktur senior harian Kompas serta Prof. Kacung Marijan, Direktur Jenderal Kebudayaan RI.

            Ketua panitia Seminar Internasional Bahasa Indonesia, Dr. Hasan Busri, M.Pd menyatakan bahwa acara ini penting untuk dihadiri mengingat ada kebijakan strategis tentang bahasa Indonesia. “Bahasa Indonesia dimungkinkan menjadi bahasa pengantar di tingkat regional Asean, maka segala upaya untuk memantaskan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, layak untuk didukung.” Tegasnya. Acara seminar internasional tersebut merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Unisma bekerjasama dengan Prodi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI).

            Rektor Unisma, Prof. Dr. Maskuri mengingatkan agar acara harus terselenggara dengan sukses. “Kita kerahkan semua kemampuan untuk menyambut tamu, pemateri dan peserta, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, agar acara seminar berlangsung dengan sukses dan menghasilkan rekomendasi tentang kebijakan Bahasa Indonesia yang nantinaya akan bisa dijadikan pertimbangan pihak terkait untuk mengokohkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional,” pungkas Rektor Unisma dengan tegas.

       Selamat berseminar para peserta! Selamat datang di Unisma!